Teks Berjalan

_/***...Kutahu diam adalah emas...namun tegur sapa adalah doa. Mengapa Anda tak berkomentar, Sobat?...walau sepatah, sepi tak lagi kukunyah sendiri...?...***\_

Cari Blog Ini

Kamis, 01 Agustus 2013

Mental Menulis Cerpen



Siap Mental

A.      Ingin Tahu
Selamat! Anda ternyata punya rasa ingin tahu yang tinggi. Buktinya, Anda mau membuka blog ini. Mungkin sekedar iseng, tetapi paling tidak Anda telah berminat. Jika Anda meneruskan membaca artikel ini,  yakin, Anda bakal menjadi penulis hebat.
Apa istimewanya artikel ini? Padahal di artikel lain mungkin dijelaskan bahwa tak ada satu pun  petunjuk yang bisa menyulap Anda menjadi penulis dalam sekejap.
Anda benar! Tapi jangan su’uzon  dulu! Bukan artikel ini penyebabnya, melainkan rasa ‘Ingin Tahu’ Anda. Rasa ingin tahu itulah yang membuat Anda jadi ‘berminat’ dan ‘antusias’’, mendorong Anda untuk mau mencari, bertanya, menyimak, menggali, dan menemukan. Yang membuat Anda menjadi hebat.
Minat sangat besar pengaruhnya terhadap keberhasilan seseorang (termasuk penulis), siapapun dalam hal apapun dan di manapun. Para ahli bahkan membagi porsi antara minat, bakat dan faktor lain. Mereka mengatakan, bahwa kesuksesan ditentukan oleh minat : 60%, bakat dan faktor lain : 40%. Pendapat lain, minat: 80%, bakat dan  faktor lain: 20%.  Ada yang lebih ekstrim lagi, minat: 95%, bakat dan  faktor lain: 5%. Bahkan kalau faktor lain ini dibagi lagi, porsi untuk bakat hanya 1%.
Mana yang benar? Barangkali hal itu tidak perlu dibahas panjang lebar karena kita tidak sedang belajar hitung-hitungan. Yang jelas, dari beberapa pendapat pada paragraf di atas dapat diambil kesimpulan, bahwa minat jauh lebih dominan dibanding bakat. Makanya, sangat tidak beralasan jika Anda mengatakan, tidak punya bakat. Atau awalnya Anda memang tidak berbakat menulis tapi setelah Anda coba ternyata Anda adalah penulis berbakat.
Teruskan rasa ingin tahu Anda dengan menggunakan metode 5W+1H (What? Who? Where? When? Why? + How?). Rumus ini bisa dijadikan resep awal untuk mencoba menulis. Bersiap-siaplah! Akan tiba saatnya nanti ‘menulis’ akan menjadi sebuah ‘kebutuhan’.
Anda butuh menulis karena ada yang mendorong dari dalam. Aneka kejadian dan peristiwa simpang siur dalam otak, membuat pusing jika tak segera diuraiakan dalam tulisan. Dada disesaki fatwa-fatwa, yang akan terus beranak pinak kalau tak buru-buru dicurahkan lewat kata-kata dan kalimat. Jiwa gelisah dihantui rasa bersalah apabila tak bergegas berbagi kepada pembaca.
Orang bijak berkata, “Menjadi orang berguna jauh lebih penting daripada sekedar menjadi orang penting.” Bagaimana kalau kita tak punya rasa ingin tahu, tak mau tahu atau tak perlu tahu? Cuek bebek? Apatis?
Kalau demikian halnya tak banyak yang bisa kita katakan, sia-sia saja.

B.      Percaya Diri
‘Mengapa Anda masih juga merangkak di saat Anda seharusnya terbang?’
Tidak ada sesuatu di dunia ini yang sempurna. Mesti ada kekurangan dan kelebihannya.  Setiap orang punya potensi yang sama untuk menulis. Kalaupun ada yang sukses dan yang gagal, itu tergantung dari masing-masing individu dalam menyikapi potensi terpendam mereka.
Orang yang sukses itu adalah orang yang mampu mengusir rasa cemas dan menghadirkan berjuta-juta harapan. Mau dan berani menantang diri sendiri, sadar akan  potensi yang dimiliki dan berhasil mengolahnya dengan baik. Sebaliknya, orang yang gagal umumnya adalah orang yang terlalu menghawatirkan kekurangan yang sebenarnya sangat manusiawi dimiliki oleh setiap orang.
Berjalanlah dengan kepala tegak! Tumbuhkan  rasa percaya diri Anda! Katakan bahwa Anda juga bisa!  Kalau tidak  berarti Anda  telah kalah sebelum berperang. Akibatnya seumur hidup Anda tak akan pernah mau mencoba menulis, dan penulis-penulis baru takkan pernah lahir.
Kalau sudah begitu, siapa yang akan bertanggung jawab membawa tongkat estapet sampai putaran berikutnya? Siapa yang akan melestarikan dongeng-dongeng turun-temurun yang penuh dengan pesan-pesan moral itu? Siapa yang akan mengabadikan kisah hari ini untuk dibaca kelak dalam buku-buku sejarah, sepuluh atau seratus tahun yang akan datang?
Kehawatiran itu rupanya yang mengilhami salah seorang penulis kondang kita, Gola Gong, memberi judul salah satu bukunya, Jangan Mau Gak Nulis Seumur Hidup (Maximalis 2007).
Salah satu cara untuk menumbuhkan rasa percaya diri coba renungkan beberapa pepatah berikut ini:
§  Jangan takut maju walau dengan sangat perlahan, justeru takutlah jika Anda diam sama sekali.
§  Berani itu adalah kepandaian menyembunyikan rasa takut.
§  Kalah coba menang coba.
Bagaimana orang lain mau percaya kalau Anda sendiri tak percaya diri? Bagaimana Anda berani memastikan diri, bisa atau tidak bisa,  kalau Anda belum berusaha?

C.      Bebaskan Diri
Allen Ginsberg: Tidak usah beranalisa, menulis ya menulis saja!
Tulisan yang baik itu tentu harus enak dibaca, jelas arahnya dan pesannya sampai ke pembaca. Baik itu tulisan yang bertujuan untuk memberi pengetahuan, menyampaikan informasi maupun sekedar untuk menghibur. Ada patokan dan kaidah-kaidah yang harus diikuti. Hukum logika, sistimatika, bahasa, teknik dan lain sebagainya. Aih...! ribet, dong! Belum apa-apa sudah didikte begitu-begini.
Bebaskan diri Anda! Lupakan dulu semua remeh-temeh di atas! Semua itu gampang dipelajari. Yang terpenting sekarang ini adalah Anda mulai menulis, terus menulis dan jangan berhenti menulis.
Khusus menulis fiksi, yang paling berperan adalah imajinasi. Imajinasi itu tak terbatas, bebas sebebas-bebasnya. Itulah sebabnya menulis fiksi sangat mengasyikkan. Anda bisa mewujudkan mimpi-mimpi Anda. Anda bisa menjadi siapa saja yang diinginkan, kemana saja Anda mau dan melakukan apa saja yang disukai.
Anda bisa membuat pesawat super canggih untuk dikendarai di Planet Mars. Anda dapat merancang pakaian dasar laut untuk bisa melamar pekerjaan menjadi pengawal pribadi Nyi Roro Kidul di laut selatan. Anda bebas menerobos lorong waktu, kembali ke masa lampau untuk mencegah terjadinya perang Paregrek. Bahkan, Anda tidak dilarang mengembara ke masa depan untuk menukar pecel lele dengan robot multi fungsi. Nah, ceritakan dan tulis itu!
Menulislah dengan perasaan, koreksi dengan fikiran.
Josip Novakovich, penulis fiksi asal Kroasia adalah peraih benyak penghargaan di Amerika serikat. Ia mengawali kariernya dengan menulis ratusan halaman tentang apapun yang ia pikirkan dan bayangkan, tanpa peduli apakah tulisannya runut, runtut, indah, terstruktur atau tidak. Tapi lama-kelamaan dia bisa mengembangkan karakter, latar, plot dan akhirnya menjadi sebuah cerita yang baik.
Seperti menambang pasir di sungai, kapan dapat pasir banyak jika harus meraba-raba dalam air, memilih dan memisahkan pasir dengan benda lain? Keruk saja, angkat dan tuang! Tumpuk sebanyak-banyaknya! Kalau ada beling, batu, kerikil atau sampah yang terbawa, abaikan saja dulu! Nanti ketika akan Anda gunakan baru diayak.
Apa lagi yang Anda tunggu? Mulaikanlah! Anda dibebaskan seperti burung yang terbang di angkasa sana.

D.      Pantang Menyerah
Thomas Alfa Edison: Saya tidak pernah menyerah sampai harus melakukan 9.000 kali percobaan sebelum akhirnya listrik ditemukan.
Dalam sebuah film diceritakan, penulis sekaliber Shakespeare pun tidak menulis sekali jalan langsung jadi. Berjam-jam ia duduk di belakang meja tulisnya, belum juga menemukan kalimat yang pas. Kertas penuh coretan sana-sini. Saking jengkelnya, kertas pun diremas lalu dilempar. Menulis lagi dari awal, kertasnya diremas lagi, dilempar lagi. Berulang-ulang sampai bak sampah tak muat, lantai kamar pun berubah menjadi lautan bola kertas.
Lalu apa yang terjadi selanjutnya? Apakah Shakespeare menyerah atau alih profesi?  Ternyata tidak, Shakespeare sadar bahwa ia sedang tidak mood. Ia tinggalkan meja tulisnya. Keluar jalan-jalan menghirup udara segar.
Hanya sebentar, sebuah insiden kecil mengilhaminya. Dengan tergesa-gesa ia kembali ke meja tulisnya, tangannya menulis seperti kesurupan, idenya mengalir bak air bah. Tak terbendung. Lembar demi lembar ditulisi dengan cepat. Dan..., yak! Setumpuk konsep ia selesaikan dalam waktu singkat.  
Kahlil Gibran, penyair Lebanon yang amat terkenal itu, konon membutuhkan waktu 1 tahun memikirkan judul salah satu bukunya. JK.Rowling butuh 5 tahun untuk merampungkan novelnya yang best seller, Harry Potter and The Soccerers Stone,  dan kemudian berjuang keras selama 3 tahun untuk menemukan penerbit yang mau menerbitkan bukunya tersebut. Romo Mangun Wijaya memerlukan waktu 7 tahun untuk mengoreksi novelnya yang berjudul Burung-Burung Manyar. Lebih gila lagi, puisi Aku yang terdiri dari beberapa baris itu, diendapkan dulu oleh Khairil Anwar selama 13 tahun.

E.      Keteguhan Hati
Isak Dinesan : Aku menulis saban hari tanpa berharap dan tanpa putus asa.
Tanpa keteguhan hati, kita gampang dipengaruhi. Niat awal mudah berbelok arah. Peluang di depan mata bisa hilang seketika. Tidak punya pendirian dan tak memiliki keteguhan hati,  bak air di daun talas.
Begitupun dengan menulis, kalau tak bertekad bulat, bisa-bisa putus di tengah jalan. Godaan pertama datang dari dalam diri sendiri, malas. Hati berbisik, “Adduuh...! ternyata menulis susah. Sudah sekian jam duduk belum ada satu kata pun yang ku tulis. Dan kalaupun tulisanku ini jadi, apa layak dibaca orang? Aah..., mending main PS!”
Belum lagi godaan dari luar, seorang teman datang menghasut, “Hei, Friend! Ngapain pusing-pusing nulis? Sekarang mah, pengarang dah bejibun. Buku yang sudah jadi masih banyak yang belum laku. Jangan latah, ah! Ayu Utami, Jenar Mahesa Ayu, Habiburrahman, Andrea Hirata dan lain-lain itu, memang sudah dari sononya ditakdirkan jadi penulis. Sementara kamu..., hari gini baru mulai...? Apa kata dunia...? Kesiangan kali, men! Mending kita pergi mancing, yok!”
Type orang bermacam-macam. Salah satu di antaranya adalah orang yang sanggup bertahan di pusat badai. Teguh pada prinsip yang dipegang. Godaan-godaan yang mungkin terjadi, seperti contoh pada paragraf di atas, harus bisa dilawan.

F.      Menjadi Diri Sendiri
JK. Rowling : Tuliskanlah hal-hal yang yang kamu ketahui; tentang pengalaman dan perasaanmu sendiri.
Pelangi tak akan menjadi indah jika hanya  terdiri dari satu warna. Nyanyian yang merdu tentu tersusun dari beberapa nada yang berbeda. Dan makanan akan terasa lezat setelah dicampur dengan aneka bumbu.  Alangkah menjemukannya dunia ini jika semua yang kita lihat berwarna sama, apa yang kita dengar tak berirama, dan semua yang kita makan rasanya itu-itu saja, manis semua atau asam semua.
 Lalu apa yang membuat Anda ragu menjadi ungu, setelah sejumlah orang masing-masing menjadi merah, jingga, kuning, hijau, biru dan nila? Mengapa Anda menolak menyanyikan ‘do’, sementara orang-orang sudah memegang, ‘re’, ‘mi’, ‘fa’, ‘sol’, ‘la’, ‘si’?  Dan mengapa Anda tak mencoba menjual garam, ketika toko sebelah kiri kanan Anda masing-masing menjual gula dan asam jawa?
Jadilah diri sendiri.
Jika Anda selalu meniru orang lain maka Anda tak akan pernah dikenal orang. Justeru yang makin dikenal dan terkenal adalah orang yang Anda tiru itu. Di samping itu, alangkah tersiksanya ketika Anda harus menjadi orang lain; berniat, berfikir, berprilaku dan bertindak menggunakan hati, otak, jiwa dan raga orang lain.
Jiwa sendiri tergadai, bathin tertekan dan fikiran dipasung. Hidup di bawah intervensi  dan bayang-bayang orang lain itu konyol.
Lihat sekeliling Anda!
Ebit G. Ade di kenal orang sebagai Ebit. Bukan sebagai Iwan Fals, Chrisye atau Franky, apalagi sebagai Rhoma Irama, begitu juga sebaliknya. Mereka itu adalah orang-orang yang fenomenal dan legendaris karena ke-khas-an mereka, satu-satunya di dunia, eksis pada ciri yang mereka punya, menjadi diri mereka sendiri.
Siapa tak kenal Inul Daratista, Vetty Vera atau Uut Permatasari? Nah, tu Anda juga mengenalnya, kan? Tentu saja karena hampir semua orang mengenalnya. Mengapa? Sekali lagi, jawabannya karena mereka menjadi diri mereka sendiri, tidak meniru satu sama lainnya. Goyang ngebor, patah-patah dan kaki ditekuk sebelah adalah identitas mereka. Lalu kalau ada yang meniru mereka, apa kata orang? Lihatlah! Ternyata ada Inul Dua, Inul Tiga, Inul Empat dan sterusnya. Sementara si penirunya sendiri tak pernah disebut-sebut.
Orang-orang tersebut di atas adalah orang-orang spesial. Sengaja dihadirkan dalam tulisan ini untuk mempertegas arti ‘menjadi diri sendiri’. Begitu juga dengan penulis. Pada bab terakhir buku ini bisa Anda lihat nanti, mereka memilih tema, gaya bahasa dan teknik bercerita dengan gaya berbeda-beda. Sampai-sampai ketika membaca karya mereka, rasa-rasanya kita dibawa ke negeri asing dengan susunan atmosfir yang berbeda.
Come on, Men! Ajak pembaca ke duniamu dengan caramu!

G.      Setia Pada Jadwal
Rummi: Menulislah secara teratur dan terjadwal.
Berapa menit dibutuhkan untuk menulis satu halaman kwarto? Atau berapa lembar kertas F4 bisa ditulisi dalam satu jam? Untuk urusan target-targetan seperti ini tidak bisa ditentukan. Persis seperti orang memancing di sungai. Ada saat baru beberapa menit melempar mata kail kita sudah dapat satu ekor ikan. Saat berikutnya situasinya lain lagi, satu jam umpan berendam malah tak seekor ikan pun mau nyamperin. Apa artinya itu? Silahkan Anda simpulkan sendiri.
Begitu juga halnya dengan menulis. Misalnya kita benar-benar sudah pasang niat untuk menulis. Memilih tempat khusus yang tersembunyi dan nyaman, menenteng laptop, mematikan HP, berbekal satu teko teh dan beberapa bungkus camilan siap ‘bertarung’ untuk menyelesaikan sebuah cerpen. Namun apa yang terjadi kemudian? Ternyata tak sesuai dengan apa yang diharapkan, duduk berjam-jam namun tak satu kalimat pun yang tergores.
Sebaliknya, saat kita iseng, sambil membantu ibu ‘nungguin’ kios di sebelah pangkalan ojek, kita justeru dapat menulis berlembar-lembar. Ide mengalir dengan lancar, bahasa lepas begitu saja seperti melompat dengan sendirinya. Dan, yes! Sebuah cerpen jadi dengan begitu mudahnya. Siapa yang dapat menduga sebelumnya?
Jadi, dari paragraf-paragraf di atas dapat disimpulkan, kita tak bisa memprediksi kapan, berapa lama dan di mana sebaiknya kita dapat menyelesaikan sebuah cerpen0. Oleh karena itu, asal sudah, Anda sebaiknya menyusun jadwal. Jadwal tersebut harus Anda isi dengan rutin, kommit dan setia padanya. 
(Artikel ini adalah penggalan dari naskah admin yang diikutkan sayembara setahun yang lalu. Tapi rupanya keberuntungan sedang tak berpihak, naskah inipun terdepak. 
Mengingat capeknya saat meramu naskah ini, ketimbang mubazir, akhirnya admin memutuskan untuk membaginya lewat blog ini. Semoga bermanfaat!)
***......................................................................................................**** Tampilan posting sengaja admin batasi. Jika ingin membaca selengkapnya dan berniat tinggalkan komentar, silahkan klik judul dari postingan di atas. Selanjutnya akan tampil kotak komentar di bawah postingan. Demikian Kabar dari Seberang kali ini...tunggu kabar selanjutnya! Terima kasih atas kunjungannya. Semoga bermanfaat !

Tidak ada komentar: