SURAT PEMUKA SASAK KEPADA
BELANDA
“Surat
ini datang dari kami, kaum miskin dan bodoh, yaitu: Mami’ Mustiaji, Raden
Ratmawa, Mami’ Bangkol, Raden Wiranom, Mami’ Nursasih, Raden Melaya dan Jero
Ginawang, berturut-turut bertempat tinggal dan memerintah di Kopang, Rarang,
Praya, Pringgabaya, Sakra, Masbagik dan Batu Kliang.
Kami
menulis surat ini juga atas nama desa dan dusun dari pulau ini, salam dan
hormat kami sampaikan ke hadapan paduka Tuan Residen yang bersemayam di
Buleleng. Kami harapkan surat kami yang terdahulu telah diterima dan kami
berkeinginan untuk menyampaikan satu dan lain hal mengenai hubungan antara
orang-orang Islam dan orang-orang Bali di sini. Yang pertama-tama kami
mempermaklumkan bahwa Kerajaan Selaparang berasal kepunyaan orang Islam turun
temurun dari nenek moyang kami telah menduduki pulau ini. Orang-orang Bali
sebagai pendatang dengan paksa telah menempatkan pulau ini di bawah
kekuasaannya.
Kami
telah memberikan pengakuan secara wajar kepada mereka, kami dijadikan rakyatnya
dan dengan segala kesadaran selalu mentaati perintahnya, namun kami diperas dan
diperlakukan secara kejam. Kami selalu taat akan perintah membayar upeti sawah
dan kebun dengan padi dan kepeng dan beras secukupnya. Kami sebagai rakyat
tidak pernah menunggak kepada mereka sebagai penguasa yang mengemudi di pulau
ini. Kewajiban untuk mendirikan rumah atau bangunan lainnya, membuat tempat
hiburan dan jalanan, kami selalu taat kepada perintahnya. Untuk melakukan
macam-macam pekerjaan, kami membawa orang-orang kami dari tempat-tempat yang
sangat jauh dan sangat memberatkan kami. Selain untuk raja, juga kami harus
mengerjakan pekerjaan yang sama terhadap orang-orang bawahannya, namun sebagai
apa yang kami kemukakan di atas, tetap kami diperlakukan dengan kekerasan.
Menjatuhkan hukuman mati pada orang sangat mudah dengan tanpa pemeriksaaan
terlebih dahulu, sama halnya dengan menenggelamkan orang di laut. Jika mereka
membenci seseorang, dengan begitu saja dituduh telah membuat sesuatu kejahatan
lalu dijatuhkan hukuman, kami tidak berdaya untuk mencegahnya. Seringkali
terjadi harta benda kami seperti sawah, kebun, kerbau dan sapi, dirampas dengan
tidak diberi ganti rugi, meskipun kami sebagai dikemukakan di atas tidak pernah
menunggak atas pungutan pajak. Anak-anak kami sering diambil menjadi budak
terutama anak perempuan dari orang-orang baik, diperkosa, beberapa diambil jadi
gundik sedang sisanya diperlakukan sebagai buruh yang akhirnya menjadi pelacur.
Kadangkala
anak perempuan dewasa diperkosa, kadangkala anak perempuan yang masih di bawah
umur ( 7 tahun ) terjadi bahwa orang tuanya jadi gila, tapi apakah yang dapat
diperbuat, tidak seorangpun yang berani berbicara. Tiap tahun pajak dinaikkan
dengan tidak adil. Juga kami mempunyai tanaman kopi jika sudah dipanen maka
datanglah orang-orangnya raja untuk merampas semua hasilnya, sehingga untuk
kebutuhan sendiri lalu kekurangan. Apabila ada dua atau tiga kali terjadi pada
seseorang seketika lalu dirampas dan pemiliknya didenda, demikian halnya dengan
kopi, yang kami peroleh dari Buleleng atau dari Sumbawa.
Jika
raja atau pembesar lainnya menghendaki sesuatu, apakah itu orang, kuda atau
pakaian, lalu diambil dengan tanpa ganti rugi, diambil begitu saja. Atas
perintah raja atau pembesar lainnya, harus selalu diadakan sabungan ayam dan
perjudian lainnya, meraka yang sekedar mempunyai kekayaan habis musnah karena
kalah, sedangkan yang lainnya menjadi pencuri. Raja menginginkan terjadinya
semacam itu karena dari perjudian itu pajak terpungut, rakyat kecil semakin
melarat dan jika perjudian semacam itu tidak diadakan, maka kepala desa itu
dihukum. Ketentuan yang dijalankan terhadap penduduk pesisir sedemikian rupa
sehingga sangat sulit untuk mendapatkan kehidupan, dilakukan pungutan atas
barang-barang yang keluar masuk, atas beberapa barang yang sebenarnya tidak
dikenakan bea juga dikenakan pungutan.
Selanjutnya
kami telah mendengar bahwa di Ampenan oleh raja telah diberlakukan semacam
pajak uang, barang siapa yang membayar hutangnya maka dari jumlah tersebut
diharuskan membayar 1% kepada mereka, juga kalau penduduk dari pedalaman datang
membeli barang-barang. Pemborong yang bertugas untuk itu adalah Entjik “Oemar”,
mungkin paduka tuan sudah mendengarnya. Perintah raja inipun kami taati, karena
kami adalah rakyatnya, tapi terhadap persoalan tersebut di atas yang melampau
keadilan paduka tuan akan merasakan sendiri. Selanjutnya kami mempermaklumkan,
bahwa sewaktu perang antara Klungkung dengan Karang Asem, kami juga
diperintahkan menyiapkan senjata dan pasukan. Ketika itu terhadap penduduk
beberapa desa diadakan panggilan, yang juga oleh mereka, perintah ini ditaati.
Mereka hanya mempunyai sekedar perbekalan membawanya ke sana, tetapi yang tidak
membawa apa-apa sebagai bekal, setibanya di Karang Asem diperlakukan secara
sangat buruk. Akhirnya mereka yang masih mempunyai sekedar sangu, melarikan
diri kembali ke desanya, tapi masih ada yang masih tertinggal dan sekarang kami
tidak mengetahui apakah mereka masih hidup atau sudah mati.
Meskipun
demikian kami selalu mengikuti perintah
raja. Selanjutnya kami juga mempermaklumkan, apabila di sini seorang Islam
meninggal dunia dengan tidak meninggalkan keturunan lelaki, maka semua keluarga perempuannya
beserta dengan segala harta benda peninggalannya dinyatakan sebagi kepunyaan
raja. Dari anak-anak gadisnya tidak ada cerita. Mereka akhirnya terkurung. Jika
yang meninggal mempunyai saudara lelaki, mereka juga tidak mendapat apa-apa dan
kemudian jika ada orang-orang Bali dari Karang Asem dibuang kemari, begitu
mereka menerima tanah peninggalan itu, yang pada akhirnya penduduk sasak
sebanyak mungkin ditekan. Mungkin paduka tuan juga sudah mendengar tentang
kejadian mengenai seorang Tjina bandar Ketjoe yang meninggal di Ampenan, ia
meninggalkan seorang istri dan seorang anak laki-laki, tidak punya anak, semacam itulah pula ia diperlakukan.
Tanah-tanah
yang baik untuk dijadikan sawah dan kebun, seringkali terjadi tidak boleh
digarap oleh rakyat kecil, tetapi dibuat untuk membangun kebun binatang yang
hanya kesenangan Raja, di mana-mana didapati tanah semacam itu, karena kata
Raja, terhadap orang-orang Islam, kita tidak perlu menaruh belas kasihan, yang
mungkin hanya melakukan pemberontakan.
Dari
sini Paduka Tuan akan mendapat kesimpulan betapa kejam kami diperlakukan. Juga
mereka telah menyatakan, mereka telah mendengar bahwa beberapa orang Islam dari
Tangkah ( mungkin yang dimaksud Tangkah sama dengan tenga’ yaitu Lombok Tengah
), akan memberontak terhadap mereka, bahwa mereka disebabkan masih terlibat
peperangan di Bali, mereka tidak dapat berbuat apa-apa, tetapi setelah
peperangan selesai, semua orang akan memberontak terhadap mereka, beserta semua
pemuka Islam, semua Haji dan semua pemuka agama akan dimusnahkan. Punggawa Bali
Ida Bagus Gama Oka menceritakan hal ini
di rumah Haji Abdurrahman di Ampenan, dengan dihadiri oleh banyak orang,
diantaranya beberapa orang dari Buleleng.
Banyak
anak-anak muda di sini yang sedang bertugas di puri, telah mendengar hal yang
sama dan memberitahukan kepada kami. Keputusan yang diambil oleh Raja ini, sama
sekali tidak beralasan dan selalu kami
mendengar bahwa banyak orang-orang Islam, terutama dari Praya yang akan
dimusnahkan. Seorang anak muda yang bertugas di Puri juga telah mendengar dan
memberitahukan kepada kawan sedesanya. Seketika, atas perintah Punggawa Bali
dari Praya, seorang Islam telah dibunuh dengan tuduhan telah mencuri padi, yang
mana tidak ada kebenarannya. Guru Bangkol telah tiga kali mendatangi Punggawa
tersebut, namun segala keterangannya tidak didengar.
Beliau
lalu kembali ke Praya memberitahukan kejadian tersebut kepada penduduk,
demikian pula penguasa telah mengemukakan, bahwa mereka akan dibunuh. Penduduk
Praya lalu terjun ke dalam pertempuran. Ini terjadi pada tanggal 2 Bulan
Muharram (8 Agustus).
Ketika
di Praya pecah pemberontakan, orang-orang Islam belum mengetahui persoalan ini
dan masih mentaati perintah untuk melawan desa tersebut. Praya dikepung dan
banyak kampung dibakar, penduduk yang berasal dari desa tersebut, yang
menyerahkan diri karena mereka tidak mau turut dengan
pemberontakan itu, atas perintah Raja seketika dibunuh. Di antara mereka
terdapat orang-orang yang sudah lanjut usia, orang-orang perempuan dan
anak-anak. Kami turuti perintah Raja untuk bertempur melawan Praya dan dari
pihak kami, jatuh banyak korban mati dan luka-luka.
Di
dalam persanguan kami harus membawa sendiri dengan jalan demikian sangat
menyulitkan bagi yang datang dari jauh. Kami ikuti perintah Raja, namun
demikian toh kami tidak percaya, sebagaimana mereka kemukakan, Praya tidak
segera dapat ditindas, karena orang-orang Islam dengan jalan diam-diam
bersekongkol dengan orang-orang di sana, oleh sebab itu tidak bertindak tegas.
Oleh sebab itu kepala desa dari Batukliang beserta anak-anaknya dan semua
pengikutnya, semua berjumlah 13 orang mendapat panggilan dari Poeyoeng ke
Sakra, setibanya di sana mereka dibunuh; nasib yang sama juga diderita oleh
Mami’ Ardita dari Praya (kakak dari guru Bungkol). Seorang putra dari
Batukliang yang terbunuh turut menandatangani surat itu. Ketika kejadian
tersebut berlangsung, dan semua Raden dan pemuka dari orang-orang Sasak yang
dinamakan Timoer Joering, sedang berada hadir di tempat itu.
Kepada
Mami’ Nursasih kepala dari Sakra mendapat perintah dengan semua pengikutnya
untuk membawa seputjuk meriam ke Mataram, dan sesudah berada di tengah jalan
mereka mendengar bahwa mereka semua akan ditawan, mereka lalu pulang ke desanya
di Sakra. Pada hari itu ada 150 orang penduduk Sakra, 150 orang penduduk Desa
Djero Aroe dan 150 orang dari desa lain, yang berjumlah 450 orang ditawan dan
diikat. Sewaktu orang-orang Islam mendengarnya, bahwa semua orang-orang itu
akan dibunuh, mereka lalu bermufakat untuk memberontak terhadap Raja, yang mana
mereka sudah mendengar dari pembicaraan akan perlakuan terhadap orang-orang
Islam; demikian pula mereka sekarang melihat dengan mata kepala sendiri, bahwa
teman-teman sedesanya disembelih sebagai penyembelihan ayam, tidaklah dapat
dibiarkan berlarut-larut. Juga Raja telah mengemukakan, bahwa semua Haji akan
dibunuh, karena menghasut orang-orang Sasak. Hal ini tidak pernah dilakukan
oleh para haji; kami tidak dihasut oleh siapapun malah memberikan penjelasan
yang sebenarnya dari apa yang terjadi, sebagai uraian di atas.
Kami
hanya sekelompok orang-orang miskin, apakah yang dapat kami buat? Segala apa
yang kami uraikan tersebut di atas, belumlah merupakan sepersepuluh dari apa
yang kami derita.
Kami
mengharapkan dengan sangat, agar Paduka Tuan menjumpai kami dan dapatlah
kiranya kami mengemukakan segala sesuatu yang berhubungan dengan malapetaka
yang menimpa kami. Dengan ini kami dapat berbuat sesuatu karena kami adalah
orang-orang bodoh yang belum paham apa tata cara.
Juga
harapkan kami agar Paduka Tuan, sesudah kami menyampaikan segala sesuatu,
dapatlah kiranya dianggap sebagai urusan sendiri.
Seandainya
ada kalimat kami yang janggal atau terdapat kekurangan dalam tata cara kami
mohon maaf.
Juga
kami memperingatkan, apa yang kami mohon dalam surat kami yang terdahulu
mengenai persenjataan dan menekankan atas keinginan kami, bahwa paduka tuan
sudilah kiranya memberi balasan atas surat kami ini. Dengan persetujuan semua
orang Islam dari pulau ini, juga tidak terkecuali dari semua desa, surat ini
ditulis oleh Djero Mami’ Mustiadji dari Kopang, yang mana kepada mereka semua
telah diberitahu.
Kami
menyampaikan salam ta’zim dan mengharapkan akan menerima sedikit jawaban.
Ditulis
di Kopang pada hari ketujuh bulan Djumadil Awal 1309 Hijriyah (9 Desember
1891).
1. DJERO MUSTIADJI : dari
Kopang
2. MAMI’ BANGKOL :
dari Praya
3. MAMI’ NOERSASIH : dari
Sakra
4. MAMI’ GINAWANG : dari
Batoe Kliang
5. RADEN RATMAWA :
dari Rarang
6. MAMI’ WIRANOM :
dari Pringgabaya
7. RADEN MELAYA KOESOEMA : dari Masbagik
........................................................................................................... ......................................................................................................**** Tampilan posting sengaja admin batasi. Jika ingin membaca selengkapnya dan berniat tinggalkan komentar, silahkan klik judul dari postingan di atas. Selanjutnya akan tampil kotak komentar di bawah postingan. Demikian Kabar dari Seberang kali ini...tunggu kabar selanjutnya! Terima kasih atas kunjungannya. Semoga bermanfaat !