Teks Berjalan

_/***...Kutahu diam adalah emas...namun tegur sapa adalah doa. Mengapa Anda tak berkomentar, Sobat?...walau sepatah, sepi tak lagi kukunyah sendiri...?...***\_

Cari Blog Ini

Jumat, 02 Agustus 2013

Menulis Fiksi

  Petunjuk Umum Menulis Fiksi



            Setelah pada artikel sebelumnya Anda telah dipompa sedemikian rupa, tiba saatnya Anda menyimak beberapa petunjuk yang barangkali bisa berguna buat Anda. 

A.   Pastikan kalimat pertama menarik perhatian
Mulailah bercerita dengan ringkas. Libatkan pembaca tanpa banyak memberi penjelasan atau info rinci. Membuka cerita dengan kalimat langsung merupakan awal yang menarik. Coba baca 2 contoh di bawah ini!
Versi 1:

Pagi Senin yang cerah. Pukul 07.29. Di depan gerbang sebuah SMU seorang siswi turun dari sebuah angkot. Ia berjalan tergesa-gesa. Beberapa kali ia mengangkat lengan kirinya. Setiap ia melakukan hal itu matanya selalu melotot ke arah pergelangan tangannya. Sebuah jam tangan berwarna pink melingkar di situ. Jarum pendeknya telah melampaui batas yang diharapkan si gadis.
Rini, Rini Anggraeni nama gadis itu. Ia dikenal sebagai gadis yang cerdas dan disiplin di sekolahnya. Tapi kali ini ia datang terlambat dari waktu yang ia rencanakan, mestinya 15 menit sebelum upacara dimulai. Salahnya sendiri, semalam ia begadang menonton acara Take Him Out di TV.

Versi 2:

“Adduh...! Semenit lagi...? Mati aku!” Rini melompat turun dari sebuah angkot sambil melirik jam tangannya. Pak Ali, satpam sekolah, siap-siap menutup pintu gerbang. “Tunggu, Pak!” Tangan kanan gadis itu menahan pintu gerbang tersebut.
“Tumben, Neng? Biasanya paling pagi,” sapa Pak Ali.
“Semalam nonton Take Him Out, Pak!” Teriak Rini tanpa menoleh. Ia berlari bagai terbang, diiringi  tatapan ratusan pasang mata teman-temannya yang mulai berbaris di halaman.


            Bandingkan kedua versi di atas. Bukan mana yang boleh dan tidak boleh dan mana yang lebih bagus dan kurang bagus? Keduanya boleh dan bagus. Masing-masing penulis mempunyai gaya yang berbeda. Cuma versi 2 kayaknya lebih menarik. Bahasanya langsung, lincah dan ringan. Ibarat camilan, tidak repot memakannya, tinggal comot, dikunyah dan tidak cepat membuat kenyang. Akibatnya pembaca akan terus membacanya, dan tidak akan berhenti sebelum habis.

B.   Bukan mengatakan tapi tunjukkan
Contoh:
·         Lelaki itu itu mulai kelelahan. Beban di pundaknya terasa semakin berat.

Bandingkan dengan:
·         Napas lelaki itu mulai ngos-ngosan, langkahnya pun gontai. Beban yang dibawanya semakin dalam menekan pundaknya.

Contoh lain:
·         Alangkah kagetnya 1) Karyo ketika melihat bayinya yang baru lahir. Orok itu tampak sehat, gemuk dan merah segar, tapi tak lengkap. Lengan kanannya  runcing sebatas siku, lengan satunya lagi bertelapak tanpa jari-jari.
Karyo tak percaya 2) dengan apa yang dilihatnya. Ia gugup3)  

Bandingkan dengan:
·         “Haah..!” 1) Mata Karyo mendelik melihat sosok bayinya yang baru lahir. Orok itu tampak sehat, gemuk dan merah segar, tapi tak lengkap. Lengan kanannya  runcing sebatas siku, lengan satunya lagi bertelapak tanpa jari-jari.
·         “Tak mungkin!”2) jeritnya kemudian. Bibirnya bergetar dan kerongkongannya kering.3)  


Dari contoh di atas coba kita rinci dan perjelas dengan tabel seperti berikut:
Dikatakan
Ditunjukkan

·      Kelelahan
·      Berat
·      Alangkah kagetnya
·      Tak percaya
·      Gugup

·     Ngos-ngosan, langkahnya pun gontai
·     Semakin dalam menekan
·     “Haah...!” Mata Karyo mendelik
·     “Tak mungkin!” jeritnya
·    Bibirnya bergetar


C.   Eksperimen dengan berbagai gaya
Lain lubuk lain ikannya, lain ladang lain pula belalangnya.
Lain otak lain pemikirannya, lain hati lain pula perasaannya.
Begitu juga dengan gaya. Tiap orang tentu mempunyai gaya masing-masing, berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Entah itu gaya bicara, berjalan, makan, minum, membaca atau menulis.
Tentang gaya berjalan, kita ketahui bahwa manusia belumlah belajar bergaya sebelum ia bisa berjalan. Jadi, bisa lebih dulu berjalan barulah kemudian dipikirkan gaya. Dan nanti ketika ia sudah terampil berjalan, biasanya mulai menirukan gaya berjalan orang yang dikaguminya. Namun kemudian, gaya yang akhirnya melekat pada dirinya, yang digunakannya secara otomatis dan tidak disadari, adalah gayanya sendiri, yang unik tidak ada duanya.
Sering kita melihat seseorang meniru gaya orang lain padahal postur tubuhnya tidak memungkinkan untuk bergaya seperti itu. Misalnya, orang yang kurus kering berjalan membusungkan dada, berlagak seperti jagoan, bisa-bisa orang menjadi iba atau tertawa melihat hal itu. Menirukan gaya orang lain memang bisa menjadi bahan lawakan yang tidak ada habis-habisnya. Hal itu mengingatkan kita pada sebuah fabel.

Dulu, konon burung gagak tidak berjalan seperti gayanya yang sekarang. Tapi karena kagum pada burung murai yang berjalan indah, anggun melenggak-lenggok seperti peragawati di catwalk, lalu ia berusaha meniru. Namun apa yang terjadi kemudian tidak seperti yang di harapkan. Bertahun-tahun burung gagak belajar untuk itu, tapi tak juga berhasil. Bahkan jalannya tambah kacau. Akhirnya ia putus asa, ia ingin kembali berjalan seperti gayanya yang dulu  tapi sayang ia sudah lupa.
Itu sebabnya gaya berjalan burung gagak sampai saat ini tampak lucu.


Hal yang mirip dengan hal itu dapat pula kita katakan untuk gaya menulis. Kita dapat melihat, menganalisis atau mempelajari gaya menulis seseorang, kita bahkan dapat mencoba menirukan gaya tersebut, namun ketika kita menulis sungguhan sebaiknyalah kita gunakan gaya kita sendiri, yang sesuai dengan jalan pikiran dan perasaan kita sendiri. Kalau kita cukup sering menulis, gaya pribadi ini akan muncul dengan sendirinya. Justru karena gaya yang khas, tiada duanya itu, yang membuat karya kita dilirik orang. Sering kita mendengar, “Itu mah sudah biasa, bosan ah! Kalau yang ini tumben kita jumpai. Rugi kalau tak membacanya.”
Nah, bisa jadi yang tumben dijumpai itu adalah karya Anda. Tak mustahil itu bisa terjadi. Optimislah!
Simaklah paragraf pembuka dari tiga novelis terkenal berikut ini! Samakah cara mereka melukiskan ‘suhu panas’?
SANG PEMIMPI
(Andrea Hirata)

Daratan ini mencuat dari perut bumi laksana tanah yang dilantakkan tenaga dahsyat kataklismik. Menggelegak sebab lahar meluap-luap di bawahnya. Lalu membubung di atasnya, langit terbelah dua. Di satu bagian langit, matahari rendah memantulkan uap lengket yang terjebak ditudungi cendawan gelap gulita, menjerang pesisir sejak pagi.

***

AYAT-AYAT CINTA
(Habiburrahman El Shirazy)

Tengah hari ini, kota Cairo seakan membara. Matahari berpijar di tengah petala langit. Seumpama lidah api yang menjulur dan menjilat-jilat bumi. Tanah dan pasir menguapkan bau neraka. Hembusan angin sahara disertai debu yang bergulung-gulung menambah panas udara semakin tinggi dari detik ke detik. Penduduknya, banyak yang berlindung dalam flat yang ada dalam apartemen-apartemen berbentuk kubus dengan pintu, jendela dan tirai tertutup rapat.

***

AKU MENGGUGAT AKHWAT DAN IKHWAN
(Fajar Agustanto)

Panas terik matahari, bersinar. Terlihat bayang-bayang fatamorgana di depan aspal yang aku lewati. Panas sekali. Angkot yang aku tumpangi pun, malaju dengan kecepatan yang sedang. Bagaikan menikmati hawa panas yang menyengat kulit. Apalagi aku, dengan jilbabku ini. Keringat sudah dari tadi mengalir deras ditubuhku. Tetapi, karena aku memakai pakaian yang berlapis. Dengan jilbab yang mengurai lebar dan besar. Sehingga mungkin keringatku tertahan. Dan tidak sampai membuatku menjadi terlihat sebagai pepesan akhwat. Tetapi, tidak sedikit pula keringat yang mengalir deras diwajahku.

***
D.   Menulislah dengan karakter tokoh berlainan
Dalam cerpen Anda sebaiknya memasukkan tokoh dengan karakter-karakter yang berlainan, watak, suku, budaya atau agama. Dengan begitu tulisan akan menjadi hidup dan realistis.
Watak tidak selalu serius. Bisa kalem, blak-blakan, ke malu- maluan, kocak, pemarah dan lain sebagainya. Begitu juga dengan suku, budaya dan agama. Tapi ingat! hindari tulisan Anda dari unsur-unsur yang berbau atau membenturkan unsur SARA tersebut.
E.   Gunakan dialog untuk jeda narasi
Yang dimaksud dengan dialog adalah percakapan antar tokoh dalam narasi. Jalan cerita, karakter tokoh, konflik dan sebagainya disuguhkan lewat dialog. Ada cerita pendek yang miskin dialog, bahkan tanpa dialog sama sekali. Sah-sah saja, terserah penulisnya, dia punya hak penuh atas karyanya.
Namun sebaiknyalah ada dialog secukupnya sebagai jeda narasi. Yaah..., semacam variasi agar tidak monoton, tidak melulu diceritakan oleh narator saja. Di samping itu, ada ungkapan-ungkapan perasaaan yang lebih tajam dan lebih dalam maknanya jika disampaikan dengan dialog.
F.    Bacalah keras-keras dan tulislah ulang untuk melancarkan alur
Perasaan cepat puas adalah perasaan yang harus dibuang jauh-jauh. Perasaan ini menghalangi kemungkinan kita menjadi penulis. Sering-sering kita terkagum-kagum pada hasil kerja kita sendiri. Selesai menuliskan suatu karangan, kita merasa cukup puas, dan berhenti sampai di situ.
Sikap menang sendiri juga merupakan hambatan utama untuk menjadi penulis. menulis adalah usaha untuk berkomunikasi yang mempunyai aturan main serta kebiasaan-kebiasaannya sendiri. Hasil tulisan kita merupakan satu-satunya media untuk menyampaikan ‘pesan’ yang ingin kita sampaikan. maksudnya, sesudah kita tuliskan, tidak dapat lagi kita tambahi dengan pesan lisan, “Maksud saya begini, bukan begitu.” Oleh karena itulah aturan main  dan kebiasaan menulis harus kita hormati, dan jika menulis mengenai kerbau hendaknya para pembaca juga mendapat informasi mengenai kerbau, bukan sapi, anjing atau binatang lain. hal ini perlu diperhatikan, karena salah tanggap atas sisi satu tulisan sering terjadi.
Seorang penulis harus memiliki kerendahan hati, karena apa yang ada dalam benaknya ketika menuliskan sesuatu, belum tentu langsung bisa diterima oleh pembaca secara utuh.
Baca tulisan Anda sekali lagi, perhatikan apakah kira-kira isinya cukup menarik bagi orang lain (tanyakan kepada orang lain itu), apakah bahasanya cukup lazim dan tidak aneh-aneh, apakah mungkin timbul salah tafsir, apakah ada yang masih ditambahkan untuk memperjelas, memperhalus, atau mempertajam pesan yang ingin Anda sampaikan, atau bahkan Anda harus memotong beberapa bagian  yang dianggap tidak perlu. Sesudah itu tulis ulanglah, kalau perlu lakukan dua tiga kali atau lebih.
Ada banyak untungnya meminta orang lain untuk membaca serta mengomentari tulisan kita. Itu bukan hal yang memalukan. Dalam dunia tulis menulis hal ini bahkan sudah melembaga. Chairil Anwar almarhum pun melakukannya. Bahkan penulis-penulis kaliber dunia seperti Alvin Toffler dan James Mitchener menjadikan ini kebiasaan.

G.   Gunakan kelima indera dalam deskripsi
Simak contoh berikut ini:
Ketika untuk pertama kali aku masuk di kelas enam, mataku langsung menangkap langit-langit yang bolong di sana-sini. Sama halnya dengan lantai yang ku pijak, kaki harus hati-hati melangkah kalau tak ingin terantuk. Bau tak sedap menyeruak, mengalir bebas melalui kawat jendela yang sudah tak jelas bentuk anyamannya. Bau itu berasal dari pabrik tahu Home Industry yang ada di balik tembok belakang.
Kini aku telah sampai di samping meja guru yang tak di beri taplak sehelai benang pun. Herannya, anak-anak di ruangan itu seperti tak peduli dengan ke hadiranku. Hingar bingar suara mereka membuat telingaku berdenging. Suara-suara itu keluar dari enam puluh mulut bocah yang mungkin belum diperkenalkan sopan santun itu. Masalahnya, sempat kudengar beberapa dari mereka nyeletuk,’Lihat, guru baru kita itu lumayan cantik’.  
Enam puluh orang? ya, memang belum sempat kuhitung, jumlah itu kutahu dari kepala sekolah, yang mungkin satu-satunya informasi yang patut di banggakan di sekolah itu. Hatiku seperti menciut seketika, sanggupkah aku akan bertahan di tempat seperti ini? fikirku.
Dan seterusnya...

Dari contoh di atas apa yang Anda dapatkan? Penginderaan, ya tokoh ’Aku’ di situ telah menggunakan beberapa inderanya, matanya melihat langit-langit yang bolong, kakinya menghindari lantai berlobang, hidungnya mencium bau tak sedap dan telinganya menangkap suara hingar bingar.
Yakin, Anda juga bisa, kok!
***
................**** Tampilan posting sengaja admin batasi. Jika ingin membaca selengkapnya dan berniat tinggalkan komentar, silahkan klik judul dari postingan di atas. Selanjutnya akan tampil kotak komentar di bawah postingan. Demikian Kabar dari Seberang kali ini...tunggu kabar selanjutnya! Terima kasih atas kunjungannya. Semoga bermanfaat !

Tidak ada komentar: